SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Blog Ini Akan Memberikan Anda Informasi Yang Mungkin Anda Butuhkan.

Minggu, 30 Januari 2011

TRADISI BANGGAI

 
         Mungkin tak ada yang mengira bahwa gugusan kepulauan dengan pulau terbesarnya Peling, menyimpan sejuta catatan yang mengagumkan. Suku Banggai, merupakan suku yang mendiami Kepulauan Banggai, yang sebelumnya bernama asli Suku Sea-sea, yang awalnya dari kerajaan-kerajaan kecil, kemudian utuh yang kini bernama Kerajaan Banggai, kerajaan ini mempunyai kekuasaan yang cukup luas, bahkan hampir setengah dari wilayah Sulawesi Tengah, namun hingga kini setelah berdirinya Pemerintahan RI, cakupan wilayah Kerajaan Banggai hanya pada Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai, dengan menaungi tiga suku, yaitu Suku Banggai, Saluan, dan Balantak. yang meninggalkan bukti sejarah  antara lain Keraton Kerajaan di kota Banggai. walaupun satu kerajaan, namun ketiga dari suku ini mempunyai Adat Istiadat yang sangat berbeda.

        Kerajaan yang berada di sebelah timur Pulau Sulawesi, atau juga di sebelah Barat Laut dari Laut Banda, Suku Banggai yang merupakan suku terbesarnya, yang juga mendiami Kepulauan Banggai, seperti suku-suku besar yang lainnya, adat istiadat yang tumbuh dan berkembang dalam suku Banggai sangatlah banyak dan beragam, mulai dari penggunaan bahasa tradisional ( Banggai) sebagai bahasa sehari-hari hingga adat pernikahanpun tak lepas dari tradisi yang berkembang. Walau kini tradisi banyak tradisi yang punah dan mulai di gali kembali, namun cukup banyak tradisi yang masih melekat dalam masyarakat, terutama kesenian tradisionalnya.
           Seba Adat atau dalam bahasa indonesianya adalah musyawarah adat, merupakan wadah untuk program adat yang bertujuan di antaranya untuk mempertahankan adat istiadat yang ada pada masing-masing suku di kerajaan Banggai, karena memang Seba Adat di adakan oleh Perangkat Adat atau Kerajaan Banggai oleh Raja, atau Tomundo dalam bahasa Banggai, yang di hadiri oleh Basalo, yaitu sejenis kepala adat dalam cakupan kedaerahan kecamatan atau desa yang dari suku banggai, sedangkan dari Saluan dan Balantak bernama Bosano dan Bosanyo. Selain Basalo, masih banyak perangkat adat lainnya yang membantu kegiatan Basalo, misalnya Kapitan. Dalam perangkat kerajaan juga ada yang di sebut Mian Tuu, dan masih banyak lagi jabatan-jabatan adat yang membantu dalam kepengurusan kerajaan Banggai, yang mana kegiatan Seba ini di adakan setiap tahunnya untuk Evaluasi hasil kerja atau Program dan perencanaan yang baru dalam setiap gerak masyarakat adat Banggai
 
         Kembali pada tradisi Banggai, ada sangat banyak dari tradisi yang melekat dalam masyarakat yang memang sangat menarik, musik yang di antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya, juga ada tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan dll, juga cerita rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama Banunut, lagu atau puisi yaitu Baode, Paupe dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya, ada beberapa tradisi ini yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai, misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat suku Banggai akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja. Selain itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya.
         Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan, contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para nelayan telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan nama sero, sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari Banggai, sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga.

       
         Berburu merupakan salah satu kegiatan yang dari zaman pra kerajaan Banggai, namun hingga kini, berburu atau yang dalam bahasa Banggai dikenal dengan nama Baasu itu masih sering di jumpai di daerah pedalaman, terutama di kawasan Pulau Peling. 
         Masih sangat banyak tradisi yang melekat pada masyarakat adat maupun yang sudah mulai memudar seiring pekembangan zaman, namun di balik itu semua, masih menyimpan sejuta makna dan sejuta misteri untuk di gali dan di kembangkan. yang pasti, marilah kita sama-sama menjaga adat dan istiadat kita, karena inilah harga diri suku dan kerajaan kita.

5 komentar:

  1. menarik sekali tulisannya ... dapat ilmu baru nih
    trims

    protomalayans.blogspot.com

    BalasHapus
  2. asss,,,saya mau tanya nichh,,,
    kan d,situ menjelaskan suku asli banggai adalah sea-sea,
    kalau boleh tau apa arti makna dari sea-sea tersebut,,??
    terus dari mana asal muasalnya suku sea-sea tersebut,,,??

    BalasHapus
    Balasan
    1. sea sea adalah nama bunga/tumbuhan yang menjadi ciri khas kelompok pribumi.

      Hapus
    2. Sebenarnya, belum ada penjelasan yang pasti mengenai kata sea-sea itu sendiri, karena tradisi budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi khususnya dalam masyarakat Banggai (Baca: suku sea-sea) hanya berupa cerita atau tutur, tidak ada yang pernah didokumentasikan. Hal ini kemudian menyebabkan cerita yang berkembang menjadi berlainan versi seperti Kisah Ratu Pantai Selatan di Jawa. Ada yang mengatakan bahwa seperti yang Saudara Rafik Hasbi katakan bahwa sea-sea merupakan nama bunga Mirrabilis Jalapa atau bunga pukul empat dalam bahasa Banggai. Bunga ini banyak terdapat di tempat tinggal Seorang wanita yang merupakan nenek moyang suku Sea-sea yang dikenal dengan nama Boloki Sea. Namun ada pula versi dari tokoh suku Sea-sea yang mengatakan bahwa Sea-sea adalah sebuah perubahan dialek yang aslinya dari Kata 'sasa' yang artinya kucing, karena cikal bakal dari suku Sea-sea berasal dari seorang wanita yang dinamakan Boloki Sea atau Tomundo Sasa.

      Hapus
  3. Hanya ingin meluruskan pernyataan yang mengatakan: Suku Banggai, merupakan suku yang mendiami Kepulauan Banggai, yang sebelumnya bernama asli Suku Sea-sea. Seharusnya, Suku Banggai adalah suku Sea-sea yang oleh rentang waktu telah hidup dan mentradisi di seluruh wilayah Banggai berbaur dengan kebudayaan yang lain melahirkan kelompok masyarakat dari sebuah akulturasi Kebudayaan yang baru yang dinamakan Suku Banggai. Kenapa demikian? Dalam penelitian saya beberapa tahun lalu, saya beberapa kali mengunjungi wilayah Suku Sea-sea yang masih asli, budaya yang asli. Mereka bukan tidak ingin disebut suku Banggai, karena memang mereka adalah bagian dari masyarakat adat Banggai, tapi mereka lebih memilih mempertahankan keaslian mereka dengan sebutan Mian Sea atau Suku Sea-sea, karena mengingat orang banggai di luar mereka budayanya telah dipengaruhi kebudayaan dari luar, sebut saja bahasanya sudah jauh berbeda dengan bahasa asli Sea-sea yang masih dipertahankan masyarakat Suku Sea-sea asli hingga hari ini. Dengan demikian kita tidak bisa kemudian mengatakan Suku Banggai sebelumnya aslinya adalah Suku Sea-sea, karena Aslinya suku Sea-sea belum hilang dan masih menghuni wilayah bagian barat pulau Peling, Sebaiknya kita kemudian mengkategorikan Masyarakat yang mendiami Wilayah Kepulauan Banggai secara garis besar telah terbagi 2: Yang pertama Suku Sea-sea asli yang mendiami wilayah hutan dataran tinggi bagian Barat pulau Peling, Yang kedua Suku Banggai yang merupakan sebuah kelompok Suku Sea-sea generasi baru yang lahir dari sebuah akulturasi kebudayaan.

    BalasHapus